MEMBACA PROSES KREATIF MUSIK DALAM PRODUKSI FILM: HMJ MUSIK FILM ISI PADANGPANJANG GELAR BEDAH KARYA

Dok. HMJ Musik Film
Foto by. Weldi Syaputra, M.Sn

Padangpanjang, 1 September 2025 – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Musik Film Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang menyelenggarakan kegiatan Bedah Karya Musik Film yang dijadikan ruang refleksi akademik sekaligus ajang berbagi pengalaman praktis tentang produksi dan pascaproduksi dalam konteks audio visual. Kegiatan tersebut dihadiri oleh sejumlah mahasiswa hingga dosen di jurusan Musik Film ISI Padangpanjang. Forum ini hadir sebagai agenda diskusi terbuka yang direalisasikan untuk kali pertama yang diinisiasi oleh sejumlah mahasiswa dalam ruang lingkup HMJ bersama dosen pembina serta pihak terkait lainnya. Mahasiswa tidak hanya memperlihatkan hasil akhir, tetapi juga membuka proses kreatif di balik layar: bagaimana suara direkam, dimanipulasi, dikomposisi, hingga dihadirkan kembali untuk memperkuat narasi sinematik. Seperti yang ditegaskan oleh Chion (1994), “film sounds are not simply accessories but agents of meaning”, sehingga pemahaman terhadap audio menjadi sangat krusial dalam studi film.

Pembahasan pada tahap pra hingga produksi menjadi titik awal perjalanan ini. Sejumlah mahasiswa ikut terjun langsung dalam proses shooting, di antaranya berperan sebagai sound recordist, operator boom mic, hingga clipper. Nuzul dan Rifqy, mendampingi proses pengambilan suara di lapangan, memastikan kualitas input audio terjaga sesuai kebutuhan produksi. Pengalaman ini memperlihatkan bahwa kerja teknis tidak hanya soal menguasai peralatan, tetapi juga membaca konteks adegan serta mengantisipasi dinamika di lokasi. Hal ini selaras dengan pandangan Altman (1992) bahwa “sound production is always a negotiation between technology, environment, and creativity.” Pascaproduksi kemudian membuka dimensi lain dari kerja audio. Raihan mengambil peran sebagai komposer scoring, dibantu Yuli sebagai asisten yang turut mengajukan alternatif gaya musik sesuai arahan sutradara. Dalam prosesnya, mereka tidak sekadar menyusun struktur musikal, melainkan merancang strategi agar musik mampu menempel erat dengan emosi dan mendukung unsur naratif dari visual. Dubbing dilakukan di studio podcast, sementara Nuzul dan Rifqy menekuni sound design dengan pendekaataan kerja foley dari sumber bunyi sederhana: gesekan kertas, langkah kaki, hingga bebunyian hembusan angin. Seluruh rangkaian pengerjaan berlangsung sekitar tiga minggu, dua minggu untuk scoring dan satu minggu untuk sound design. Meski demikian, perjalanan ini tidak bebas kendala. Satu di antara hambatan muncul dari persoalan ketersediaan ruang kerja, sementara di sisi lain dinamika komunikasi juga menjadi tantangan, terutama bagi komposer yang membutuhkan waktu lebih untuk mengartikulasikan gagasannya. Situasi semacam ini justru membuka refleksi tentang pentingnya manajemen kerja, strategi komunikasi, dan ketahanan tim dalam produksi kreatif. Sebagaimana pendapat Becker (1982), “art worlds depend on cooperation, and cooperation always involves negotiation.”

Dok. HMJ Musik Film
Foto by. Weldi Syaputra, M.Sn

Sesi diskusi dilanjutkan guna mengiringi bedah karya serta memperkaya pemahaman peserta. Dr. Sn. Fahmi Marh, S.Sn., M.Sn., selaku ketua prodi, mengawali sesi diskusi dengan memberikaan penekanan terhadap pentingnya presentasi detail oleh setiap anggota tim, agar mahasiswa baru dapat memahami metode kerja secara konkret. Kemudian disambut dengan pertanyaan dari mahasiswa baru, M. Habi mengajukan pertanyaan tentang penggunaan instrumen non-musikal dalam penggarapan scoring film. Menjawab hal ini, tim presenter menjelaskan bahwa selain instrumen musik, komposer juga menambahkan ambience, termasuk efek bebunyian yang dimanipulasi guna membangun nuansa mistis. Sedangkan Vindo Alhamda, S.Sn., M.Sn., selaku dosen Musik Film yang menghadiri forum tersebut, mengulik lebih jauh tentang workflow post-production serta keterlibatan komposer dalam bedah naskah yang ditanggapi oleh presenter dalam menjelaskan tentang pemetaan suara sesuai arahan sutradara, hingga meninjau kembali final cut sebagai bahan evaluasi. Pandangan kritis juga datang dari dosen Musik Film lainnya,  Hafif HR, S.Sn., M.Sn., menekankan nilai kolaborasi lintas disiplin. Baginya, kerja multidisiplin dalam film menuntut dramaturgi yang mampu menyatukan elemen diagetik, non-diagetik, hingga trans-diagetik. Beliau menambahkan, keberanian mempresentasikan proses kerja adalah bagian dari pembelajaran penting, karena dari sanalah muncul jawaban-jawaban baru. Rama Anggara, M.Sn juga memperkuat gagasan ini dengan menekankan pentingnya keterampilan presentasi oral di ruang publik. Menurutnya, pengalaman semacam ini adalah momentum berharga: “teman-teman dapat merasakan bagaimana ‘debar kesatria’ itu hadir di dalam personaalitas, sehingga harus siap membangun argumen dan opini persuasif dalam narasi kerja yang proporsional.” Sementara itu, M.Dary, S.Sn., M.Sn., selaku pembimbing HMJ memberikan apresiasi sekaligus menegaskan bahwa forum seperti ini menjadi sarana penting untuk menumbuhkan tradisi akademik yang sehat. Baginya, keterbukaan dalam berbagi pengalaman memperkuat solidaritas sekaligus memperkaya wawasan mahasiswa.

Kegiatan Bedah Karya Musik Film ini akhirnya menegasikan bahwa audio dalam film bukan sekedar pelengkap, melainkan elemen fundamental yang signifikan dalam membingkai makna. Melalui kerja konkret, kolaborasi tim, serta refleksi kritis, mahasiswa tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga membangun kesadaran tentang film sebagai ruang kerja multidisiplin. HMJ Musik Film ISI Padangpanjang berencana mengembangkan agenda serupa di masa mendatang, termasuk kemungkinan pameran interaktif yang memberi ruang lebih luas bagi eksplorasi dalam konteks audio-visual. Forum ini sekaligus memperlihatkan bagaimana sentuhan kreatifitas seni, teknologi, dan strategi kolaborasi berpadu dalam sebuah praktik akademik yang bernuansa populer-ilmiah dapat mudah dicerna, namun tetap menyimpan kedalaman refleksi tentang kerja di dunia industri kreatif.

Ditulis oleh Rama Anggara, M.Sn.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *